Sumber Foto: Facebook |
Tapi benarkah hanya punya satu skenario Risma menang? Tak adakah kemungkinan Risma kalah? Tentu absurd pemikiran itu. Politikus ecek-ecek bin goblog pun, dalam pertarungan pasti berfikir soal kalah dan menang. Tak mungkin tidak. Tapi kenapa pendorong Risma hanya punya satu keyakinan menang? Ini kepedean yang absurd. Mungkinkah? Benarkah? Gilakah?
Kalau dukungan murni rakyat, ngotot Risma menang, itu karena fanatisme. Tapi kalau para politikus hanya meyakini Risma pasti menang, bisa dipastikan pula bohong belaka, jika tak boleh dicurigai. Ada agenda apa nih, kok rela goblog dipertontonkan begitu telanjang?
Untuk Gerindra dan PKS, jika ajakan mereka Risma ke Jakarta, dan hasilnya kalah, maka PDIP telah mereka rontokkan di Surabaya sekaligus Jakarta, tanpa harus menunggu pileg 2019. Meski untuk kalangan internal PDIP, bisa menyingkirkan Risma dari Surabaya itu tentu akan disambut sorak-sorai, baik menang apalagi kalah.
Kalau Risma menang dan jadi Gubernur Jakarta, siapa sesungguhnya yang dimenangkan? Jawaban termudah tentulah; Pembenci Ahok! Tapi bagaimana dengan Risma? Ibu Mega? PDIP? Apakah mereka dimenangkan? Apakah Jakarta, atau rakyat Jakarta, dimenangkan? Ada yang bisa memastikan?
Risma adalah orang baik, sangat baik, tetapi dia adalah seorang birokrat yang diterjunkan dan dipaksa dalam politik praktis. Omongannya yang normatif, bahwa tugas adalah amanat Tuhan, menunjukkan kebaikan hati dan pikirannya. Namun politik (praktis, di Indonesia dan apalagi Jakarta), tidaklah sesederhana kita berbicara kejujuran atau ketulusan hati. Orang yang culun tanpa basa-basi seperti Ahok saja, bisa dijungkir-balikkan di Jakarta. Bagaimana dengan Risma?
Sementara kepasrahan Risma mengenai nasibnya yang ‘terserah’ Ibu Mega, menunjukkan kelas kepolitikannya masih ijo-royo-royo. Apalagi ditengah patgulipat elite parpol yang tega secara diametral menafikan rakyat. Contoh ungkapan Bambang DH dari DPP PDIP, yang mengatakan; jika salah satu parpol mendukung Ahok mengundurkan diri, selesai persoalan. Parpol yang menang. Dan rakyat (yang sesungguhnya pemegang kedaulatan), kata Bambang DH, itu urusan belakangan.
Jangan sampai yang kemudian kita lihat dua ibu menangis dalam hal ini, dan para garong bisa jingkrak-jingkrak kegirangan, seperti setan bertempik (woh, setannya perempuan,… :D ). Sampai di sini, dari berbagai pertimbangan aktual, Ahok masih pilihan terbaik sebagai gubernur DKI Jakarta. Kecuali Ahok kalah, dan kecuali sampeyan tidak setuju dengan pendapat ini. Biasa toh? Jangan sensi!
Oleh: Sunardian Wirodono II
Sumber: Akun Facebook
0 Response to "Seandainya Bu Risma jadi Gubernur DKI Jakarta"