Latest News

Inilah Surat Terbuka Kepada Jaya Suprana bukan dari Ahok

TER-INTIP | Sima Surat Terbuka Kepada Jaya Suprana bukan dari Ahok di bawah ini yang ditulis di Halaman Facebook Catetan MAZ TONI Aka Tante Paku di bawah ini.

Inilah Surat Terbuka Kepada Jaya Suprana bukan dari Ahok - AHOK Penyelamat Uang Rakyat  Pembasmi DPRD Pencuri Uang Rakyat DKI Jakarta
Ilustrasi - Foto: Net

Bapak Jaya Suprana yang terhormat tanpa mengurangi rasa hormat.

Saya sangat menghormati, menghargai, dan mengagumi semangat perjuangan Anda dalam membuat Museum Rekor Indonesia di persada Nusantara tercinta ini. Bagi saya, Anda memang layak tokoh KELIRUMOLOG Indonesia yang paling konsekuen dan konsisten. Anda layak dielu-elukan sebagai tokoh politik, kesenian, falantropis, budayawan, pengusaha, kartunis, pianis, dan agama, bahkan HUMOROLOG yang sering tampil di berbagai acara dan membuat tertawa pemirsa.

Jaya Suprana alias Phoa Kok Tjiang, Anda sebagai sesama warga Indonesia keturunan Tionghoa dan umat Nasrani dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, warga Tionghoa di Indonesia pastinya sangat bangga atas semua prestasi yang luar biasa itu.

Namun, akhir-akhir ini terasa bahwa lamat tetapi pasti timbul rasa CURIGA terhadap kata-kata dan kalimat-kalimat Anda yang ditujukan kepada Ahok pada media cetak Sinar Harapan 23 Maret 2015 yang berjudul "Surat Terbuka kepada Ahok". Yang menurut Anda sudah layak ditulis di surat permohonan terbuka di Sinar Harapan yang tersohor sopan dan santun dalam pemberitaan itu.

Anda mengaku, teman-teman Anda yang cendekiawan, rohaniwan, akademikus bukan politikus yang semula mendukung Ahok kini mulai meragukan dukungan mereka terhadap Ahok. Apalagi mereka yang sejak semula tidak mendukung kini malah mulai membenci Ahok.

Katanya Anda tahu kalau Ahok itu seorang pemberani, apalagi sudah disemangati oleh mereka yang muak korupsi, tetapi tidak mau atau tidak mampu turun tangan sendiri, pasti sama sekali tidak takut menghadapi dampak ucapan kata-katanya. Namun justru Anda MENGAKU pengecut takut dan yakin tidak sendirian dalam ketakutan.

Kenapa ketakutan seorang Jaya Suprana ditulis secara TERBUKA ini apakah sebagai bukti ia ragu karena TIDAK PUNYA RASA NASIONALISME kepada bangsa dan negara Indonesia sebab NGERI dengan fakta sejarah KELAM tentang malapetaka huru-hara rasialis di persada Nusantara?

Kenapa Anda yang mempunyai talenta luar biasa dan beranjak tua semestinya BIJAK kok malah merasa beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka beberapa titik nila merusak susu sebelanga. Akibat beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka seluruh warga keturunan Tionghoa di Indonesia dipukul-rata untuk dianggap layak dibenci.

Bapak Jaya Suprana yang terhormat tanpa mengurangi rasa hormat, ketahuilah semua RAS itu sama, artinya BEBERAPA orangnya PASTI bersikap dan berperilaku LAYAK DIBENCI, apakah RAS itu merusak susu sebelanga?

Bila demikian, semua SUKU dan RAS di Indonesia ini sudah rusak dong, bukankah tidak mungkin ada suku dan ras yang BAIK dan BENAR semua?

Cukup banyak warga keturunan Tionghoa jatuh sebagai korban nyawa termasuk ayah kandung dan beberapa sanak-keluarga Anda sendiri di masa kemelut tragedi G-30-S. Nyawa Anda memang selamat, namun sekolahnya dibakar dan ditutup hanya akibat digolongkan sebagai sekolah kaum keturunan Tionghoa, padahal Anda pribadi tidak pernah setuju komunisme.

Kenapa Anda begitu BANGGA mengkambinghitamkan keturunan Tionghoa sebagai penyebab tragedi G-30-S PKI sehingga menjadi korban? Kekerasan dalam politik itu TIDAK MENGENAL rasa kasihan, demi kekuasaan siapa saja bisa dikorbankan. Kenapa PENJAJAH BELANDA yang lihai mengadu domba itu tidak Anda salahkan?

Ketika huru-hara rasialis 1980-an di Semarang, kantor Anda dilempari batu. Mobil Anda dibakar dan rumah Anda nyaris dibumi-hanguskan para huruharawan apabila tidak diselamatkan oleh TNI, kepolisian, dan tetangga Anda yang justru bukan keturunan Tionghoa.

Itulah BUKTI gagalnya seorang pemimpin yang bukan NEGARAWAN, artinya tidak mampu melindungi segenap warga negaranya, bukan keturunan Tionghoa yang bersalah semua. Karena para pemimpinnya MELAKUKAN DISKRIMINASI secara hukum terhadap orang Indonesia Tionghoa.

Untunglah, kalau Anda masih ingat, Presiden Gus Dur menghapus diskriminasi itu, selanjutnya Presiden Megawati mengeluarkan keputusan yang menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai salah satu hari libur nasional di Indonesia.

Seperti yang Anda tuliskan di bawah ini :

Inilah Surat Terbuka Jaya Suprana Kepada Ahok

"Ahok, Anda juga sadar bahwa kini memang tidak ada lagi penindasan terhadap kaum keturunan Tionghoa, namun jangan lupa bahwa suasana indah ini hanya bisa terjadi berkat perjuangan almarhum Gus Dur, yang dilanjutkan Megawati, SBY, dan kini Jokowi yang secara politis dan hukum melarang diskriminasi terhadap kaum keturunan China yang berdasar Keppres SBY 2014 disebut Tionghoa."

Namun Jaya Suprana masih PESIMIS dengan perjuangan para pemimpin Indonesia yang layak disebut Negarawan ini dengan mengatakan :

Pada kenyataan sebenarnya kebencian terhadap kaum Tionghoa di Indonesia belum lenyap. Kebencian masih hadir sebagai api dalam sekam yang setiap saat rawan membara, bahkan meledak menjadi huru-hara apabila ada alasan. Tidak kurang dari Imam Besar FPI, Habib Rieziq, menyatakan kepada saya pribadi bahwa beliau menghargai semangat Anda membasmi korupsi, namun yang tidak disukai pada diri Anda hanyalah kata-kata tidak sopan saja.

Bukan sesuatu yang mustahil bahwa kata-kata tidak sopan Anda menyulut sumbu kebencian sehingga meledak menjadi tragedi huru-hara yang tentu saja tidak ada yang mengharapkannya. Maka dengan penuh kerendahan hati, saya memberanikan diri untuk memohon Anda berkenan lebih menahan diri dalam mengucapkan kata-kata yang mungkin apalagi pasti menyinggung perasaan bangsa Indonesia. Terima kasih dari seorang warga Indonesia yang tidak sepemberani Anda. Jaya Suprana.

Bapak Jaya Suprana, Indonesia bukan milik SUKU JAWA yang bisa bicara HALUS, SOPAN SANTUN bahkan banyak SENYUM seperti yang sudah dilakukan presiden Soeharto dulu, namun apakah cara SANTUN itu bisa dianggap yang paling baik?

Apakah suku-suku di luar Jawa yang sering berkata KERAS itu juga dianggap tidak tahu sopan santun? Apakah Indonesia itu hanya boleh dipimpin oleh orang yang bicara HALUS walau dibelakangnya KORUPSI merajalela?

Ahok yang SERING mengucapkan kata-kata kasar (biasanya diucapkan kalau menyangkut topik KORUPSI) dianggap SEBAGIAN orang yang masih MENGHAYATI ideologi Orde Baru adalah kata-kata TIDAK SANTUN.

Begitulah yang terjadi, penganut KESADARAN PALSU ala Orde Baru memang tidak mau memiliki pemahaman di mana orang Indonesia itu memiliki latar belakang yang beragam dan sering merupakan paduan unsur yang berbeda namun tetap memiliki rasa dalam pembangunan bangsa.

Bapak Jaya Suprana yang terhormat tanpa mengurangi rasa hormat, terus terang surat anda yang dipublish di media cetak itu tidak memberi masukan berarti dalam kehidupan dan kerukunan berbangsa, namun justru ingin MEMICU SENTIMEN antar RAS serta membuka peluang PARA PROVOKATOR untuk mencari peluang membuat kerusuhan.

Indonesia LAMBAT MAJU bila di abad globalisasi ini masih ada orang yang berpikiran PICIK ala Jaya Suprana ini, bukannya berpikir jauh ke depan dengan rasa Bhinneka Tunggal Ika, tapi mengungkit sejarah kelam yang mesti ditinggalkan jauh, bukannya diungkapkan untuk MENGOMPORI anak bangsa agar terjadi kegaduhan bernuansa SARA lagi itu.

Setiap suku di Indonesia, juga suku Tionghoa yang banyak memiliki Organisasi Kemasyarakatan sudah sering membantu bangsa Indonesia di masa-masa sulit, terutama dengan memberikan bantuan baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk lainnya ke tengah masyarakat.

Tak sedikit suku Tionghoa mendukung pendidikan bukan saja untuk anak-anak Tionghoa tetapi juga anak-anak pribumi, terutama yang beragama Islam, baik membantu sekolahannya atau kebutuhan lainnya.

Kegiatan suku Tionghoa itu bersatu dalam orientasi dan kesetiaan mereka kepada Indonesia meskipun didirikan berdasarkan rasa solidaritas dan kesamaan warisan budaya, toh semua warisan itu tetap bisa MEMPERKAYA budaya di Indonesia.

Mestinya Jaya Suprana bisa mencerna apa yang diucapkan Ahok dalam konteks apa?

Mana mungkin Ahok berbicara kasar dalam setiap tindakannya?
Bukankah ucapan Ahok yang dianggap kasar itu SELALU berkaitan dengan TINGKAH LAKU KORUP di daerah kekuasaannya itu?

Mana mungkin setiap pemimpin HARUS berkata sopan seperti orang Jawa?
Lebih beretika mana, yang berkata KASAR tapi jujur atau yang berkata halus tapi KORUP?

Nyatanya para pemimpin yang berkata-kata halus TIDAK SUKSES memberantas korupsi dan memberikan PENDIDIKAN POLITIK yang benar kepada masyarakat Indonesia. Tapi gaya Ahok yang blak-blakan itu JUSTRU MEMBUKA MATA kita semua bahwa WAKIL RAKYAT maupun PEJABAT ternyata banyak yang KORUP berjamaah dibalik RAPAT membuat anggaran.

Mestinya rakyat berbangga dan suka mempunyai pemimpin yang berani terbuka bicara apa adanya demi menyelamatkan uang pajak mereka. Atau rakyat lebih suka pemimpin yang sopan santun, murah senyum, tapi MERAMPOK duit rakyat hingga utang Indonesia semakin membukit?

Rakyat yang memilih pemimpinnya, bukan atas dasar suku.
Rakyat yang menilai pemimpinnya, bukan Jaya Suprana!

Salam NKRI Raya!

Penulis: Mas Toni dari Halaman Facebook Catetan MAZ TONI Aka Tante Paku
Sumber: Blog Mas Toni

0 Response to "Inilah Surat Terbuka Kepada Jaya Suprana bukan dari Ahok"